Friday, September 13, 2013

Renungan

KU BERIKAN HATIKU UNTUKMU

Suatu hari seorang lelaki muda berdiri di tengah kota dan memproklamasikan bahwa dia memiliki hati yang paling bagus di seantero lembah itu. Massa mulai berkumpul sambil mengagumi betapa sempurnanya hati anak muda itu. Tak ada tanda apapun atau kerusakan di hati itu. Ya, mereka semua setuju bahwa sesungguhnya hati anak muda itulah yang paling indah yang pernah mereka saksikan.
Anak muda itu amat bangga dan semakin nyaring mengumumkan bahwa hatinyalah yang paling indah. Tiba-tiba, seorang berusia tua muncul di depan kerumunan massa dan berkata, “Mengapa hatimu sedikitpun tak bisa seindah hatiku?.”
Massa dan anak muda itu menatap hati orang tua itu. What? Hatinya penuh dengan jaringan parut bekas luka, penuh sekali, ada bagian-bagian yang telah terlepas yang diganti oleh potongan-potongan yang tidak cocok, namun tidak bisa menggantikan bagian yang hilang. Kenyataannya, di beberapa tempat ada yang amat rusak dan ada banyak potongan yang hilang dari hati itu.
Orang-orang menatap tajam ? bagaimana mungkin orang tua itu bisa mengatakan bahwa hatinya lah yang paling indah, pikir mereka? Sambil menatap dengan seksama ke hati orang tua itu, sang anak muda itu tertawa nyaring dan berseru, “Anda pasti bergurau, the old man,” lanjutnya lagi, “Dibandingkan dengan hatiku, hatiku inilah yang paling sempurna sedangkan milikmu berantakan penuh dengan bekas luka dan airmata.”
Benar,” sahut orang tua itu, “Hatimu amat sempurna dalam penglihatan namun saya tidak akan pernah menukarkan hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap jaringan parut (bekas luka) merepresentasikan seseorang kepada siapa aku persembahkan cintaku ?
Hatiku tercabik-cabik dan setiap potongan hati itu kuberikan kepada mereka yang aku sayangi, dan amat sering mereka memberikan potongan hatinya yang aku tempatkan sebagai gantinya pada setiap tempat yang kosong di hatiku, namun, karena potongan yang mereka berikan kepadaku tidak sama, anda melihat potongan hati mereka tidak bisa fit dengan tempat kosong di hati ini.
Di sana ada tepi yang kasar dan tidak rata, yang selalu saya banggakan, karena setiap jaringan parut di hati ini mengingatkanku tentang saat/momen ketika kami saling berbagi cinta dan kasih sayang. Anak muda, kadang-kadang kuberikan potongan hatiku, namun orang yang kuberikan potongan hatiku tidak memberikan kembali potongan hatinya kepadaku. Inilah tempat-tempat kosong yang Anda lihat di bagian hatiku ini ? memberikan cinta adalah sebuah peluang.
Meski tempat-tempat kosong ini terasa nyeri, mereka tetap terbuka, mengingatkanku tentang cinta ku kepada mereka, dan aku berharap bahwa pada suatu hari mereka akan kembali dan mengisi the empty space (ruang kosong dan hampa) yang telah lama menunggu ini. Sekarang, anak muda tercinta, telah sadarkah Anda hati mana yang benar-benar indah?”
Sang anak muda berdiri terpaku dan terdiam untuk waktu lama dalam linangan airmata yang mengalir di pipinya. Dia berjalan mendekati the old man, kemudian menyentuh hatinya yang sempurna dan indah itu, menyobek sepotong dan menariknya keluar. Diberikannya potongan hati itu kepada orang tua itu. The old man menerima tawaran ini, kemudian menempatkannya di ruang yang masih kosong di hatinya. Ia pun mengambil sepotong jaringan hatinya lalu menempatkannya di ruang kosong di hati anak muda itu. Nampak sesuai, walau tak sempurna, karena batas tepinya tidak rata.
Anak muda itu menatap hatinya sendiri, tak lagi sesempurna seperti sebelumnya namun jauh lebih indah, karena cinta dari hati orang tua itu mengalir lembut di hatinya. Mereka berpelukan kemudian berlalu dari kerumunan massa, berjalan beriringan, menuju entah kemana.
Aku telah memberikan hatiku untuknya. Terserah dia untuk mau berbuat apa saja terhadap hatiku. Ku pasrah, walaupun dia akan terus menerus mengiris2 hatiku dan menorehkan pedih yang mendalam.

No comments:

Post a Comment